Laman

Selasa, 05 Oktober 2010

Sukses vs Gagal

Salam bagi para pembaca Blog SMAN 26 Bandung, kali ini kami memuat karya tulis dari Bapak Agus Hermawan , yang mana beliau adalah salah satu staff guru di SMAN 26 Bandung.

Sebelumnya, kami ucapkan permohonan maaf kepada beliau, karena keterlambat dalam pemostingan karya tulis yang beliau kirimkan ke alamat email redaksi blog ini, dikarenakan para staff admin blog 26 belum bekerja maksimal. Semoga hal ini memberikan pelajaran dan semangat bagi para Tim Jurnalistik Elektronik 26 untuk bekerja lebih optimal lagi.Amiin

Langsung saja,kami postingkan artikel ter-update dibulan oktober ini.
Artikel ini beliau persembahkan buat civitas akademika 26. Semoga bermanfaat....

Sukses vs Gagal


Sebelum kenaikan kelas tahun pelajaran 2010/2011, kira-kira bulan Juni saya mendapat sms dari seorang siswa kelas X yang inti isinya adalah meminta agar nilai kimia lebih tinggi dari yang diperoleh agar masuk jurusan IPA. Memang kimia, fisika, dan biologi merupakan tiga mata pelajaran yang disyaratkan untuk tidak kurang dari nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan. Bila salah satu mata pelajaran ini nilanya di bawah KKM dapat dipastikan seorang siswa tidak akan masuk jurusan IPA.
Sekalipun salah kaprah bahwa jurusan IPA lebih elite dari IPS atau Bahasa dan hidup dijamin akan sukses, namun sudah kadung di negeri ini begitulah adanya. Termasuk orang tua siswa ini. Kok saya tahu orang tua siswa ini terlibat? Dari alasan siswa tersebut saya dapat penjelasan bahwa orang tuanya memaksa agar masuk IPA.
***
Sukses bisa jadi bagi siswa atau orang tua adalah bila masuk jurusan IPA. Gagal adalah bila masuk jurusan non IPA alias IPS atau Bahasa. Bagi yang belum lulus SMA, lulus SMA adalah sebuah kesuksesan. Bagi yang belum sarjana, bila telah diwisuda dan mendapat ijazah, sukses telah dicapai. Ketika mendapatkan sebuah pekerjaan, seorang penganggur akan berucap “yes… sukses!!!” Bagi peserta piala dunia sepak bola, sukses adalah bila memeroleh gelar juara.
Kita, dalam kehidupan ini sesungguhnya telah meraih puluhan bahkan ratusan kesuksesan. Contoh, ketika saya usia belasan dan alhumdillah dapat masuk ke sebuah SMA negeri di Bandung, sementara banyak kawan yang masuk SMA swasta, mereka bilang saya telah sukses. Ketika saya masuk perguruan tinggi negeri, sementara banyak kawan yang tidak masuk, banyak tetangga bilang saya telah sukses. Dan, ketika saya mendapat pekerjaan sebagai pegawai negeri, banyak saudara yang bilang saya telah sukses. Bahkan, ketika saya mampu menulis dan menerbitkan sebuah buku, banyak sahabat mengatakan saya adalah manusia sukses.
So, jadi kalau begitu sukses itu apa? Setidaknya dari cerita di atas saya telah mencapai empat kesuksesan. Bayangkan kalau saya ceritakan seluruh kisah hidup saya, bisa jadi ratusan sukses telah saya capai. Menurut pemikiran saya tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak pernah meraih kesuksesan. Mengapa? Sukses bisa jadi berbatas waktu, artinya sukses bisa terjadi pada saat tertentu saja. Betul, ketika buku pertama berhasil diluncurkan, saya merasa sukses. Namun beberapa bulan kemudian sukses tersebut kadarnya berkurang karena saya ingin meluncurkan buku kedua, saya ingin sukses kembali.
Peristiwa di atas menunjukan bahwa sukses datang silih berganti. Sukses pun selalu menanti kita sepanjang kita masih bernapas. Tetapi ada yang aneh dengan sukses yaitu terus menerus menghampiri kita, tinggal bagaimana kita menjemputnya. Orang mengatakan bahwa lawan kata dari sukses adalah gagal. Nah, untuk mencapai sukses berarti kita harus siap menghadapi kegagalan. Artinya, kita harus berani gagal. Siapa berani gagal, sukses di depan mata.
***
Setali tiga uang dengan sukses, gagal pun silih berganti datang. Ketika menghapi kegagalan sudah wajar bila seseorang bangkit. Bedanya orang sukses sekali lebih banyak bangkit dibanding orang gagal. Oleh sebab itu bila kita menemukan atau merasakan pekerjaan kita mengalami kegagalan maka kita pun patut bersukur. Lho? karena ini berarti jatah gagal kita sudah berkurang satu alias sukses telah dekat.
Jadi, bila gagal masuk jurusan IPA bukan berarti hidup gagal pula, justru kesuksesan bisa jadi ditemukan kala kita berkali-kali bangkit dari kegagalan di jurusan IPS. Bagaimana pendapat kalian?

Oleh : Agus Hermawan

5 komentar:

  1. waahh pak, nice info nih.
    ilmu yang beranjak dari pengalaman...

    "Sukses bisa jadi berbatas waktu"

    BalasHapus
  2. Trims Pradi... Klo punya waktu tolong percantik blog punya saya ya hehehheh....

    BalasHapus
  3. ya, boleh saja pak.. :)

    klo ada waktu luang, saya bantu percantik blog nya pak :)

    BalasHapus
  4. sukses ...
    saya tidak masuk perguruan tinggi negeri saya anggap sukses ... kenapa tidak ... saya sukses meraih pengalaman ini utk memotivasi saya lebih baik dari sebelumnya .
    yang paling berharga saya telah melakukan yang terbaik saya anggap ini sukses ..
    karena tidak ada manusia yang sempurna ...
    kita akan sukses apabila kita menuai kebaikan di suatu kegagalan dan menganggap kegagalan merupankan suatu kebaikan yang tertunda .. . yang selalu bersabar dan berjuang semaksimal mungkin untuk sukses ...
    think positive

    BalasHapus
  5. Trims komennya Sulis. Bpk udah baca blogmu, trus menginspirasi bpk menghasilkan sebuha artikel, entar dikirim ya?

    BalasHapus